surat kabar digital
Di abad digital saat ini, hampir-hampir tidak ada segmen kehidupan manusia yang tidak disentuh oleh teknologi informasi telekomunikasi atau yang sering disebut dengan ICT (Information Communication Technology). Salah satunya adalah industri media cetak khususnya surat kabar. Teknologi penyiapan materi surat kabar hingga pencetakannya sudah banyak memanfaatkan ICT. Cetak jarak jauh misalnya sudah menjadi hal yang biasa bagi surat kabar Kompas.
Menyadari berbagai perubahan di dunia yang begitu cepat dan berdampak besar semisal di sektor sumberdaya alam (natural resources) yang ditandai dengan kenaikan harga minyak hingga lebih dari US$ 100 per barrel, maka diperlukan bisnis proses yang semakin efisien namun tetap efektif bagi para pelaku usaha. Hal ini sudah terbukti bahwa konsumsi kertas industri media cetak yang semakin besar akan meningkatkan biaya produksi akibat harga kertas yang turut naik sebagai imbas dari kenaikan harga berbagai sumberdaya alam, khususnya pulp (bubur kertas). Salah satu usaha untuk merespon perkembangan tersebut di atas adalah sentuhan perkembangan terbaru ICT yang dapat menjadi alternatif penyusunan bisnis proses industri media cetak yang efisien namun tetap efektif.
Bisnis proses industri media cetak dalam hal ini surat kabar secara garis besar dapat disampaikan mulai dari penyiapan materi yaitu pengumpulan berita hingga materi siap cetak kemudian dipadukan dengan iklan dalam proses tata letak sampai akhirnya materi utuh surat kabar siap cetak. Proses berikutnya adalah pencetakan surat kabar yang akhirnya berupa eksemplar surat kabar yang siap edar. Sirkulasi surat kabar menggunakan jalur distribusi berjenjang hingga ke tangan pengecer untuk disampaikan pada para pembaca.
Sentuhan terbaru ICT dapat dilakukan di sisi pencetakan surat kabar dan di sisi konsumsi surat kabar oleh para pembacanya. Sudah saatnya penerbitan surat kabar menjajaki untuk memproduksi surat kabar dalam bentuk digital dimana dibayangkan satu edisi berukuran file 20 – 30 GB. Hasil proses produksi bukan lagi eksemplar surat kabar berbahan kertas namun file dalam flash disk misalnya. Penerbit surat kabar mensirkulasikan sejumlah flash disk kepada para agennya melalui jalur distribusi biasanya namun bedanya hanya kali ini bukan bundel-bundel surat kabar. Selanjutnya flash disk-flash disk tersebut disebar ke Automatic Digital Paper Machine (ADPM) serupa dengan ATM-ATM milik berbagai bank sekarang ini dimana bedanya pada mesin-mesin tersebut para pembaca dapat mengunduh berita digital melalui kartu magnetik yang dimasukkan ke ADPM untuk selanjutnya membuka port download berita digital. Jika dimungkinkan malah di ATM-ATM tersebut ditambahkan fasilitas port download berita digital sehingga biaya investasi distribusi dapat lebih rendah.
Sentuhan terbaru ICT di sisi para pembaca adalah adanya Ultra Mobile Personal Computer (UMPC). Para pembaca mengunduh berita digital dengan membawa UMPC ke ADPM terdekat yang tersebar di berbagai titik strategis seperti mal, terminal, lembaga pendidikan, rumah sakit atau pusat perkantoran. Harga notebook yang semakin murah akan mendorong juga harga UMPC semakin terjangkau. Fenomena handphone dapat terjadi lagi di UMPC, dimana semakin banyak kaum profesional di masyarakat kita yang membutuhkan informasi dengan bentuk lebih ringkas dan dapat diolah menurut keperluan mereka masing-masing. Penerbit surat kabar dapat mulai membagikan software gratis untuk memudahkan para pelanggannya membaca berita yang baru diunduhnya.
Apabila infrastruktur internet Indonesia sudah jauh lebih baik dari saat ini, maka pengiriman berita digital dapat langsung dari server penerbit surat kabar ke UMPC masing-masing pelanggan pembaca berita. Hal ini tentunya membutuhkan sarana dan prasarana yang mumpuni, kemungkinan baru bisa terwujud 10 – 20 tahun ke depan.
Untuk mendapatkan bisnis model yang lengkap mengenai produksi berita digital, pemasaran-distribusi dan analisa keuangannya maka diperlukan kajian terpisah yang dilengkapi data terbaru. Dengan demikian proposal bisnis model tersebut dapat dipertimbangkan sungguh-sungguh oleh para pelaku usaha industri media cetak.
Satu hal yang pasti adalah perkembangan industri media cetak 10 – 20 tahun ke depan akan sangat berbeda dengan apa yang kita alami saat ini. Penggunaan sumberdaya alam yang relatif terbatas lebih ditujukan pada hal-hal yang benar-benar strategis dalam kehidupan umat manusia. Bubur kertas (pulp) tidak lagi digunakan untuk pencetakan surat kabar sehingga lingkungan hutan dapat lebih terjaga untuk keperluan-keperluan umat manusia yang lain.
tabik,
yak
Menyadari berbagai perubahan di dunia yang begitu cepat dan berdampak besar semisal di sektor sumberdaya alam (natural resources) yang ditandai dengan kenaikan harga minyak hingga lebih dari US$ 100 per barrel, maka diperlukan bisnis proses yang semakin efisien namun tetap efektif bagi para pelaku usaha. Hal ini sudah terbukti bahwa konsumsi kertas industri media cetak yang semakin besar akan meningkatkan biaya produksi akibat harga kertas yang turut naik sebagai imbas dari kenaikan harga berbagai sumberdaya alam, khususnya pulp (bubur kertas). Salah satu usaha untuk merespon perkembangan tersebut di atas adalah sentuhan perkembangan terbaru ICT yang dapat menjadi alternatif penyusunan bisnis proses industri media cetak yang efisien namun tetap efektif.
Bisnis proses industri media cetak dalam hal ini surat kabar secara garis besar dapat disampaikan mulai dari penyiapan materi yaitu pengumpulan berita hingga materi siap cetak kemudian dipadukan dengan iklan dalam proses tata letak sampai akhirnya materi utuh surat kabar siap cetak. Proses berikutnya adalah pencetakan surat kabar yang akhirnya berupa eksemplar surat kabar yang siap edar. Sirkulasi surat kabar menggunakan jalur distribusi berjenjang hingga ke tangan pengecer untuk disampaikan pada para pembaca.
Sentuhan terbaru ICT dapat dilakukan di sisi pencetakan surat kabar dan di sisi konsumsi surat kabar oleh para pembacanya. Sudah saatnya penerbitan surat kabar menjajaki untuk memproduksi surat kabar dalam bentuk digital dimana dibayangkan satu edisi berukuran file 20 – 30 GB. Hasil proses produksi bukan lagi eksemplar surat kabar berbahan kertas namun file dalam flash disk misalnya. Penerbit surat kabar mensirkulasikan sejumlah flash disk kepada para agennya melalui jalur distribusi biasanya namun bedanya hanya kali ini bukan bundel-bundel surat kabar. Selanjutnya flash disk-flash disk tersebut disebar ke Automatic Digital Paper Machine (ADPM) serupa dengan ATM-ATM milik berbagai bank sekarang ini dimana bedanya pada mesin-mesin tersebut para pembaca dapat mengunduh berita digital melalui kartu magnetik yang dimasukkan ke ADPM untuk selanjutnya membuka port download berita digital. Jika dimungkinkan malah di ATM-ATM tersebut ditambahkan fasilitas port download berita digital sehingga biaya investasi distribusi dapat lebih rendah.
Sentuhan terbaru ICT di sisi para pembaca adalah adanya Ultra Mobile Personal Computer (UMPC). Para pembaca mengunduh berita digital dengan membawa UMPC ke ADPM terdekat yang tersebar di berbagai titik strategis seperti mal, terminal, lembaga pendidikan, rumah sakit atau pusat perkantoran. Harga notebook yang semakin murah akan mendorong juga harga UMPC semakin terjangkau. Fenomena handphone dapat terjadi lagi di UMPC, dimana semakin banyak kaum profesional di masyarakat kita yang membutuhkan informasi dengan bentuk lebih ringkas dan dapat diolah menurut keperluan mereka masing-masing. Penerbit surat kabar dapat mulai membagikan software gratis untuk memudahkan para pelanggannya membaca berita yang baru diunduhnya.
Apabila infrastruktur internet Indonesia sudah jauh lebih baik dari saat ini, maka pengiriman berita digital dapat langsung dari server penerbit surat kabar ke UMPC masing-masing pelanggan pembaca berita. Hal ini tentunya membutuhkan sarana dan prasarana yang mumpuni, kemungkinan baru bisa terwujud 10 – 20 tahun ke depan.
Untuk mendapatkan bisnis model yang lengkap mengenai produksi berita digital, pemasaran-distribusi dan analisa keuangannya maka diperlukan kajian terpisah yang dilengkapi data terbaru. Dengan demikian proposal bisnis model tersebut dapat dipertimbangkan sungguh-sungguh oleh para pelaku usaha industri media cetak.
Satu hal yang pasti adalah perkembangan industri media cetak 10 – 20 tahun ke depan akan sangat berbeda dengan apa yang kita alami saat ini. Penggunaan sumberdaya alam yang relatif terbatas lebih ditujukan pada hal-hal yang benar-benar strategis dalam kehidupan umat manusia. Bubur kertas (pulp) tidak lagi digunakan untuk pencetakan surat kabar sehingga lingkungan hutan dapat lebih terjaga untuk keperluan-keperluan umat manusia yang lain.
tabik,
yak