Wednesday, November 08, 2006

Grup band adalah produk jasa

Di penghujung tahun 2006 terdengar kabar bahwa dua orang musisi dikeluarkan dari keanggotaan Peterpan sebuah grup band papan atas Indonesia. Terlepas dari alasan pemecatan, disebutkan juga dalam kabar itu bahwa sang keyboardist yang dipecat ternyata merupakan kontributor nama grup band itu. Ironis memang jika demikian adanya, orang yang menjadi pendiri grup band akhirnya harus dikeluarkan dari grup itu.

Soal diberhentikannya seorang musisi dari sebuah grup band memang sudah biasa terjadi. Namun hal yang menarik adalah bila yang dikeluarkan ternyata pemberi nama grup itu sendiri. Dapatkah yang bersangkutan melarang penggunaan nama grup itu selanjutnya tanpa ijin atau keberadaannya? Apakah sudah ada aturannya?

Mencermati perkembangan musik khususnya grup band, ternyata juga mengikuti kaidah bisnis pada umumnya. Nama grup band telah menjadi merek yang mempunyai nilai jual sebagaimana merek produk jasa lainnya. Orang yang bermusik secara kelompok mencoba mendiferensiasikan musiknya dengan penggunaan merek nama grup. Sebut nama Slank maka publik akan segera mengenalinya sebagai band untuk anak muda yang berjiwa bebas. Hal ini membuat para penggemar musik dapat cepat membedakan satu grup dengan lainnya. Semakin banyak penjualan kopi album semakin mahal nilai merek grup band tersebut. Samsons pada awalnya hanyalah nama grup band yang belum mempunyai nilai jual, namun setelah lagu Kenangan yang terindah menjadi hit seantero negri bahkan menjadi ringtone terlaris maka nama Samsons mempunyai nilai jual yang berlipat kali ganda.

Ketika nilai komersial sudah memasuki aktivitas sebuah grup band maka wajar juga jika setiap anggota grup band dipengaruhi oleh hal tersebut. Implikasinya adalah perlunya penataan dua jenis hubungan yaitu hubungan antar anggota dan hubungan anggota dengan grup band itu sendiri. Menjadi profesional bukan sekedar pemanis kata di bibir saja, namun harus diwujudkan melalui aturan jelas yang mencakup semua aktivitas grup band. Hal ini disebabkan grup band telah bernyawa alias hidup sebagaimana perusahaan berbadan hukum di dunia bisnis yang mempunyai AD/ART.

Mendengar hal pengaturan mungkin terkesan formal dan membatasi kesenimanan musisi, tetapi sekali lagi profesionalisme menuntut adanya kejelasan aturan main. Apabila terjadi perselisihan maka penyelesaiannya akan lebih transparan dan adil dimana hak dan kewajiban para pihak yang berselisih tidak dikurangi dan ditambahi semena-mena oleh pihak yang lebih kuat posisi tawarnya.

Untuk lebih kongkritnya maka perlu dipertimbangkan pembentukan grup band dengan melibatkan notaris guna membuat akte pendirian grup band. Sudah tidak jamannya lagi membuat grup band secara amatiran yang kemudian tergagap-gagap jika ketenaran menghampiri dengan segala pesonanya (baca: uang dan kepentingan-kepentingan bisnis) Terlebih lagi banyak musisi dasawarsa terakhir ini berintelektual tinggi dengan pendidikan baik sehingga wawasannya tidak melulu hanya musik.

Jika musisi perseorangan maupun sebuah grup band sudah terbiasa dengan adanya manajer yang mengatur semua aktivitasnya, apakah tidak boleh bila setiap anggota grup band memiliki manajernya sendiri terpisah dari manajer grup band yang sudah ada. Hal ini bisa dipandang seperti di sebuah klub sepak bola dimana terdapat manajer klub dan manajer pemain bola yang berjalan bersamaan secara profesional.

Grup band tidak lagi semata hobby atau kegiatan tanpa kejelasan namun bisa menjadi sumber penghidupan dan sarana kegiatan bisnis komersial. Ada beberapa hal penting berkenaan dengan grup band yang telah bermuatan komersial.

1. Nama grup band adalah sebuah merek
Sebagai sebuah merek maka nama grup band harus dipilih sesuai karakter musik yang diusung, profil penggemar maupun budaya serta sosiologis masyarakat. Sekali nama grup dipilih maka perlu diperkenalkan dan terus dipelihara agar berkembang atau tidak mati. Nilai merek akan naik atau turun sesuai dengan citra personel grup band maupun kinerja tiap album yang diproduksi. Java Jive, grup band asal Bandung pernah pudar nilai jualnya karena salah satu personelnya terlibat narkoba.

2. Grup band mengikuti kurva Product Life Cycle (PLC curve)
Sebagaimana layaknya sebuah produk maka grup band mengalami tahap kelahiran, pertumbuhan, kematangan dan kemunduran atau bahkan kematian. Adalah penting untuk memahami hal-hal apa saja yang perlu dikerjakan pada setiap tahap sehingga sebuah grup band dapat mengoptimalkan setiap tahap yang dilaluinya. Kla Project mengalami tahap kelahiran dan pertumbuhan di akhir 1980-an kemudian berjaya di era 1990-an namun pada dasawarsa terakhir ini mengalami tahap penurunan terlebih dengan keluarnya Lilo, sang gitaris membuat banyak orang bertanya apakah Kla Project sudah berakhir.

3. Grup band memerlukan STP (Segmentation, Targeting and Positioning)
Para penggemar adalah pasar yang dituju oleh semua grup band. Tidak semua orang menyukai musik yang diusung sebuah grup. Oleh karenanya menjadi sangat penting melakukan segmentasi penggemar yang dilanjutkan dengan targeting segmen yang menjadi sasaran. Terakhir melakukan positioning atau pencitraan sehingga makin kuat warna/karakter sebuah grup band. Sebuah grup musik asal Malaysia, Rayhan telah mantap memilih segmen penggemar musik religius Islam dan ternyata mencetak sukses di Indonesia yang mayoritas muslim.

4. Grup band merupakan entitas bisnis
Disadari atau tidak, grup band telah membuat industri musik berdetak yang berarti uang mengalir dari hulu ke hilir dan menghidupi banyak manusia. Menangani grup band tidak bisa lagi hanya setengah profesional apalagi amatiran. Perlu adanya paradigma baru memandang grup band, yaitu paradigma bisnis. Saat ini paradigma bisnis juga harus dipakai disamping paradigma seni. Meskipun sering dibuat dikotomi : idealisme vs pasar tapi kedua paradigma tersebut saling membutuhkan. Hubungan keduanya perlu ditata dengan jelas dan adil dimana hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Banyak grup band di dunia hiburan Hollywood, USA bisa menjadi contoh hal tersebut.

Kejadian Peterpan bukanlah yang pertama, namun bisakah menjadi pelajaran berharga khususnya bagi musisi Indonesia ? Grup band adalah sebuah produk jasa yang sepantasnya diperlakukan tidak semata-mata dengan paradigma seni namun juga harus dengan paradigma bisnis yang profesional.

tabik,
yak
sby/011106