Wednesday, January 25, 2006

BERSEKOLAH UNTUK BERUBAH

Mengikuti informasi aktivitas dewan perwakilan rakyat republik indonesia dari periode kapanpun ada satu hal yang selalu membuat tangan mengurut dada. Polah tingkah mereka semakin memuakkan. Latar belakang pendidikan yang lebih baik di periode belakangan ini tidak membuat berbeda dengan mereka yang ada di periode sebelumnya. Itulah politik, penuh dengan sandiwara kebohongan dan menghalalkan segala cara untuk mencapai kepentingan pribadi atau kelompoknya kemudian mempertahankan selama mungkin.

Pendidikan melalui jalur formal maupun non formal dikatakan banyak orang akan memberi pengaruh perubahan terhadap seseorang. Hal ini memang benar, namun sering disaksikan pengaruh perubahan negatif lebih banyak terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia. Semakin banyak orang mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak pernah ada di otak atau pikiran mereka semakin banyak hal-hal yang dirancang untuk mewujudkan keinginan sendiri atau kelompok dengan menghalalkan segala cara (machiavelism). Untuk mensahihkan hal di atas silakan mengamati lingkungan kita masing-masing, apabila hal tersebut salah atau tidak terbukti tidak perlu melanjutkan membaca tulisan ini.

Perkembangan masyarakat dari primitif (tanpa pendidikan yang terstruktur dan komprehensif) menuju ke modern (sistem pendidikan yang mengacu dan mendukung perkembangan iptek) telah terjadi di dunia kita. Sejarah mencatat berbagai kejadian iptek di berbagai belahan dunia dengan segala pengaruhnya yang bermuara ke perubahan hidup manusia yang lebih baik. Semua itu dicapai melalui pendidikan baik formal maupun non formal.
Bersekolah sering dipandang sebagai pendidikan formal karena ada bangunan sekolahnya, ada pengajarnya, ada kurikulumnya dan peraturan administrasinya. Namun menurut hemat saya, bersekolah juga tidak harus dipandang dengan cara seperti itu. Bersekolah bukan dilihat dari hardwarenya atau segi yang kelihatan di mata, namun hakekatnyalah yang menjadikan sesuatu itu bersekolah atau bukan.

Bersekolah suatu kegiatan mempelajari sesuatu baik dengan pengajar manusia atau bukan, resmi atau bukan, dengan maksud menguasai hal yang dipelajari tersebut dalam jangka waktu tertentu (bisa seumur hidup). Dengan demikian bersekolah membuat manusia berubah. Berubah dari tidak tahu menjadi tahu. Berubah dari jelek menjadi baik. Berubah dari yang negatif menjadi positif (ini harapannya : semoga!).

Apabila manusia bersekolah tetapi tidak berubah maka ada sesuatu yang salah atau tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam proses bersekolah. Kesalahan tersebut bisa berupa tidak siap atau mampunya manusia yang bersekolah tersebut. Ketiadaan pengajar yang kesinambungan sehingga sumber ajar terputus. Ataupun situasi lingkungan yang tidak mengijinkan berlanjutnya proses bersekolah itu.

Faktor internal manusia bersekolah yang menghambat perubahan menjadi tanggungjawab dirinya untuk diperbaiki jika ingin bersekolah membawa perubahan. Tidak perlu melempar kesalahan kepada pihak lain atau mencari kambing hitam untuk kegagalannya. Sederhana saja bahwa siapapun dapat maju dalam bersekolah bila ada keinginan atau motivasi. Jika tidak maka cukuplah sampai di sini kita membahasnya.

Faktor eksternal seperti pengajar atau sumber ajar atau kondisi lingkungan memang di luar kendali manusia yang bersekolah. Namun di dunia ini telah terbukti beribu-ribu bulan peribahasa "Bila ada kemauan pasti ada jalan". Bagaimana caranya ? jangan dimulai dengan bertanya-tanya tetapi lakukanlah kegiatan bersekolah itu. Percayalah, akan ada jalan untuk mengadakan sumber ajar, akan ada jalan untuk meujudkan lingkungan yang mendukung bersekolah.

Bersekolah untuk berubah sudah seharusnya menjadi slogan manusia di Indonesia. Apalagi semakin banyak manusia Indonesia mengenyam pendidikan tinggi baik di institusi dalam negri maupun luar negri. Namun perlu digarisbawahi berubah tidak asal berubah menjadi lebih pintar mengakali, lebih tahu merekayasa untuk kepentingan sendiri atau kelompok atau lebih mahir berkelit dengan menggunakan sistem yang kelihatannya legal. Berubahlah menjadi lebih perhatian terhadap lingkungan untuk kebaikan bersama. Dengan demikian egoisme semakin dikikis dan berangsur terkendali. Karena memang manusia selaku mahluk hidup memiliki dua sifat yang bertolakbelakang. Satu sifat bersifat sosial atau komunal dan di lain pihak bersifat invidual. Meski demikian dengan bersekolah kedua sifat tersebut dapat ditempatkan pada proporsinya dan dikendali untuk tujuan kebaikan manusia secara menyeluruh.

Semangat bersekolah untuk berubah tetap harus digelorakan!

tabik,
yak