Monday, January 05, 2009

Tema hidup

Penghujung tahun 2008 saya bertemu seseorang yang telah bekerja 43 tahun sebagai pegawai negeri. Tahun depan ia akan pensiun. Sungguh satu periode yang sangat panjang untuk bekerja bagi seseorang Indonesia secara rata-rata. Enam puluh delapan persen waktu dalam tahun-tahun hidupnya digunakan untuk bekerja.

Satu sisi bisa disebut ia beruntung karena diberi kekuatan dan kesehatan hingga dapat bekerja selama itu. Diberi kesempatan yang memungkinkannya bekerja lebih dari usia pensiun normal bagi seorang pegawai negeri. Ia sudah menjejakkan kaki di banyak kota dan daerah di Indonesia selama dinasnya untuk bertemu banyak orang dengan berbagai karakter dan latar belakang. Ia juga beruntung dapat survive dari bermacam peristiwa dan krisis yang muncul silih berganti di dunia kerjanya. Meski tidak memiliki harta benda berlimpah namun ia dapat menghidupi keluarganya dengan tidak berkekurangan hingga anak-anaknya beranjak dewasa dan mandiri.

Apa yang barusan dipaparkan sepintas kedengaran biasa dan datar saja. So what gitu? Seorang pensiunan pegawai negeri dengan masa layanan begitu panjang dan hidup yang biasa-biasa saja. Di mana gregetnya? Apa maksud ceritanya? Awalnya sayapun berpikir demikian, sampai satu saat saya bertanya kepadanya. “Hal apa yang Bapak anggap paling berharga setelah melewati tahun-tahun panjang demikian itu?”

Ia menjawab:”Saya telah memelihara integritas sejak hari pertama menjadi pegawai negeri.” “Saya menjadi manusia sepenuhnya dengan integritas yang saya imani sesuai keyakinan saya.”

“What is the most valuable thing in your life?” Ada sejumlah jawaban yang biasa disampaikan orang, diantaranya: ”kesehatan, anak-anak, keluarga, uang, kesuksesan karir, amal, atau kenikmatan hidup dunia.” Tentunya masih ada lagi jawaban berbeda lainnya bagi tiap orang. Apapun jawaban itu akan menjadi tema kehidupan yaitu suatu hal yang mewarnai tiap sudut kehidupan kita dengan jelas sehingga orang lain mengetahuinya. Kita seharusnya konsekuen dengan pilihan tema itu karena sesungguhnya kita memiliki pilihan terhadap tema kehidupan bukan semata takdir yang hanya harus dijalani.

Sebagaimana Bapak tadi yang memilih integritas menjadi tema hidupnya maka segala konsekuensinya harus dilalui untuk sampai pada akhir hidupnya. Apabila ia tidak sanggup melalui segala konsekuensi pilihan tema hidupnya maka ia dapat mengganti tema hidupnya di tengah jalan dan konsekuensinya tentu ikut berubah. Demikian seterusnya apabila ia tidak senang dengan tema hidup barunya, iapun dapat memilih tema lain berikut konsekuensinya hingga ajal menjemput. Kita hidup sangat berkaitan dengan tema hidup yang kita pilih.

Salah satu contoh konsekuensi atas tema hidup integritas yang dipilih Bapak tadi adalah saat di pertengahan tahun 1970-an, ia ditawari sejumlah uang puluhan juta untuk tidak melaporkan penyimpangan suatu proyek pemerintah di Jawa Timur yang diketahuinya saat melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Konsekuensi tema hidup yang dipilihnya adalah menolak hal tersebut. Dia tidak kecewa meski laporannya tidak dihiraukan dan bahkan Pimpinan Proyek tersebut mendapat promosi di provinsi Bali. Masih ada banyak peristiwa lebih dahsyat lagi setelah itu yang cukup memberi alasan berpindah ke tema hidup lain namun keyakinan imannyalah yang menguatkan dan menghiburnya.

Setia terhadap tema hidup berikut segala konsekuensinya apakah ada manfaatnya? Ataukah hidup dengan berganti tema hidup sesukanya dengan mengutamakan kenikmatan hidup itu yang dianggap sebagai cara lebih baik karena hidup itu hanya sekali dan sebentar saja?

Saya mengetahui seorang pensiunan pegawai negeri yang sering berganti tema hidup demi mendapat keuntungan dan kenikmatan hidup. Ia memang berhasil mendapatkannya sebagaimana terlihat pada kehidupan sehari-harinya. Ia bak peselancar yang berhasil mengendarai ombak berpindah dari satu gelombang ke gelombang lain tanpa harus terjatuh tergulung ombak. Namun ada yang menyebutnya opportunist atau bunglon. Apapun penggambaran orang terhadapnya, adalah jelas ia banyak memiliki tema hidup atau mungkin memiliki satu tema hidup yang bertajuk:”Menyesuaikan diri dalam segala hal apapun juga dengan biaya berapapun.”

Adalah Hakim Besar nan Mulia yang akan bertanya saat ajal telah menjemput kita dengan pertanyaan:” Bagaimana kamu menghabiskan waktu hidup yang telah diberikan kepadamu?” Saat itulah tema hidup tiap orang akan dipaparkan dan penghakiman akan diberikan oleh Hakim Besar nan Mulia untuk memberi anugerah bagi setiap orang yang tema hidupnya sesuai dengan nilai keyakinan yang ditetapkan Sang Pemberi Hidup. Apakah anda mempercayainya?

tabik,
yak

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home