Sunday, November 25, 2007

Memori

Bagian terpenting manusia saat melalui detik-detik kehidupannya di dunia menurut saya adalah memori. Memori ini telah ada sejak lahirnya manusia namun umumnya baru disadari setelah berumur lima tahun saat berbagai peristiwa hidup direkam dalam memori dan dapat dihidup-ulangkan lewat ingatan dalam kepala manusia di tahun-tahun berikutnya. Tidak semua manusia dapat mengingat memori masa kecilnya, namun seiring waktu berjalan, memori terus merekam peristiwa-peristiwa baik yang gembira maupun sedih, pendeknya segala peristiwa yang dialami pemilik memori. Setiap manusia mempunyai memori dengan beragam kualitas dan kuantitas.

Di saat sendiri, teman paling setia manusia adalah memori. Manusia masih dapat dihibur dengan memori yang menyimpan peristiwa menyenangkan. Keadaan yang paling malang adalah saat manusia kehilangan memorinya baik sementara atau permanen. Hal ini seperti jika kita kehilangan file penting yang terhapus di sebuah harddisk komputer. Adanya pusat rehabilitasi medis untuk manusia yang kehilangan memori seumpama juga usaha teknisi komputer untuk membangkitkan kembali (retrieve) file yang sudah terhapus dalam sebuah disk. Hasilnya kadang berhasil namun seringnya tidak berhasil.

Saya menuliskan hal ini karena melihat display rekaman foto perjalanan keliling dunia seorang kawan. Saya yakin semua peristiwa yang dialami kawan tersebut tersimpan dalam memorinya, walaupun kadang ia katakan bahwa ia pelupa. Saat ia sendiri entah dalam kondisi yang bagaimana, maka semua kenangan peristiwa dalam memorinya dapat dihidup-ulangkan sesuai keinginannya. Hal ini seakan dia melihat sebuah film yang diperankannya sendiri.

Manusia yang memiliki kapasitas memori besar dengan kualitas bagus kemudian diisi berbagai peristiwa yang luar biasa umumnya menyenangkan akan memiliki saat-saat yang luar biasa pula. Dia bisa disebut sebagai manusia yang paling berbahagia hidupnya di dunia.

Kebanyakan manusia mencoba melupakan pengalaman buruk di hidupnya dengan tidak mau mengingat- ingat lagi bahkan mencoba menghapus dari ingatannya. Hal ini wajar karena kenangan buruk tidak memberikan kenyamanan, kesenangan, atau dorongan semangat bagi pemilik memori. Memang ada yang mengatakan kejadian buruk adalah guru atau pelajaran hidup agar mengingatkan kita jangan mengulanginya. Namun tetap saja manusia berusaha tidak menyimpan permanen hal itu di memorinya. Adalagi peristiwa dendam yang melekat kuat di memori seseorang yang selalu dihidup-ulangkan untuk memberi dorongan semangat mencapai sesuatu agar peristiwa dendam tersebut terlunasi. Jika hal sudah dilunasi apakah orang tetap menyimpan dendam itu? Umumnya tidak, karena rasa puas sudah tercapai sehingga ruang memori diisi dengan peristiwa lain yang lebih menyenangkan.

Di sebuah film serial prison break yang disiarkan Trans TV, dikisahkan para tahanan LP (lembaga pemasyarakatan) yang ditempatkan di solitary cell guna mematahkan (break down) pikirannya sehingga melunak dan jera untuk mengulangi tindakan yang membuat mereka masuk ke solitary cell. Meskipun raga dapat dikerangkeng namun memori tidak pernah bisa dikerangkeng oleh pihak luar. Yang dapat memenjara pikiran atau memori manusia adalah dirinya sendiri. Saya sempat membaca sebuah tulisan bagus dari Yohanes Sulaiman, kandidat doktor di Ohio state university, tentang penjara pikiran. Tulisan itu menyoroti penjara pikiran akibat diri kita sendiri yang sadar atau tidak sadar membuat atau mengijinkannya dibuatnya penjara untuk pikiran kita sendiri.

Apakah di masa depan ada suatu metode hukuman penghapusan memori manusia sehingga tidak perlu ada penjara lagi di dunia. Dengan menghapus memori maka pembunuh atau koruptor misalnya akan menjadi manusia linglung yang tidak berbahaya dan kehilangan upaya merekayasa tindakan balas dendam. Memori manusia seperti ini hanya difungsikan lagi pada tingkat sederhana setelah habis masa hukumannya. Hal ini kedengaran kejam dan melanggar hak asasi manusia. Tapi apakah demikian? tentunya masih dapat didiskusikan hal ini lebih lanjut sisi positif dan negatifnya dibandingkan dengan hukuman konvensional yang ada sekarang.

Saya sudah cukup berbicara. Kiranya memori kita tetap utuh dan berisi kenangan manis meski di sana sini terselip kenangan pahit tetapi semoga tidak banyak jumlahnya. Satu waktu nantinya mungkinkah kita saling meminjam memori? Jika demikian, sebaiknya kita mulai berinvestasi memori dengan kenangan manis sebanyak-banyaknya agar banyak manusia yang mencari nantinya.
Tabik,
yak

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home