... dan mengambil rupa seorang hamba,…
Judul tulisan ini merupakan petikan
Dua tindakan Yesus lainnya dalam
Bagaimana caranya memandang bersama Allah itu? Menurut saya adalah mengisi pikiran kita dengan firman Tuhan melalui penelaahan alkitab yang serius dan tulus untuk mencari kebenaran firman-Nya. Apabila pikiran kita dipenuhi dengan firman Tuhan maka pola pikir, pola sikap dan pola laku kita akan berbeda dengan orang yang tidak memenuhi pikirannya dengan firman Tuhan. Dipenuhi dengan firman Tuhan menjadikan kita memandang segala hal bersama Allah.
Mengambil merupakan tindakan aktif yang disengaja dan sudah dipikirkan sebelumnya. Tindakan ini memerlukan juga obyek atau sesuatu agar memenuhi tujuan tindakan.
Rupa atau bentuk atau wajah adalah obyek yang diperlukan oleh tindakan mengambil di atas.
Hamba merupakan penjelasan dari obyek yang diambil karena rupa atau wajah masih terlalu umum dan belum dapat memenuhi tujuan tindakan tersebut.
Melalui dekonstruksi kalimat maka kita mulai mengerti bahwa merendahkan diri adalah suatu tindakan aktif dan sudah dipikirkan sebelumnya.
Memilih rupa seorang hamba dimaksudkan bahwa merendahkan diri hingga maksimum bukan hanya setengah-setengah atau tanggung. Karena hasil dua tindakan tersebut sangat berbeda.
Apabila merendahkan diri hanya tanggung atau setengah-setengah maka akan timbul frustasi, kemarahan, iri, ketidakikhlasan, kecewa dan putus asa. Sebaliknya jika merendahkan diri hingga maksimum maka akan timbul sukacita, kasih, pengharapan dan percaya pada Allah lebih dalam lagi.
Ketika penggalan kalimat …dan mengambil rupa seorang hamba,… terlintas di benak saya bersamaan muncul pikiran tentang Yesus yang menderita sengsara dan mati disalib. Penggunaan kata hamba lebih sopan dipakai dibanding kata budak. Mungkin lebih efektif jika dipakai kata budak. Kita semua sepakat bahwa budak adalah manusia yang paling rendah status dan kedudukannya. Bila benar, tetap dikatakan salah apalagi jika salah, luar biasa hukumannya. Siapa manusia yang tidak mengatakan sakit rasanya menjadi budak. Jasmani dan jiwanya menderita karena perlakuan tidak adil, semena-mena dan kejam. Namun budak tidak berdaya merespon semua perlakuan tersebut. Lidahnya kelu, mulutnya terkunci mungkin hanya air mata yang keluar meleleh sebagai ungkapan jerit batinnya. Kematian sering dipandang sebagai jalan keluar maka bunuh diri adalah pilihan jika sudah tidak tertahankan menanggung semuanya. Budak sudah tidak lagi perduli perkataan orang lain. Bagi mereka hal itu tidak ada pengaruhnya. Budak seakan bukan manusia lagi.
Bila ditulis- ulang penggal kalimat tersebut menjadi:
… dan mengambil rupa seorang budak,…
akan lebih menjelaskan arti merendahkan diri secara maksimum bukan setengah-setengah. Namun demikian apakah mampu kita sebagai kristen melakukan tindakan mengambil rupa seorang budak ? Sebenarnya jika jujur bukan itu pertanyaanya, tetapi apakah mau kita mengambil rupa seorang budak ?
Konsekuensi memutuskan mengambil rupa seorang budak sungguh serius dan mahal harganya. Kita siap diperlakukan layaknya seorang budak!
Namun demikian sekali lagi apa tujuan tindakan mengambil rupa seorang budak?
Yesus melakukannya dengan tujuan jelas : keselamatan manusia. Tanpa itu maka tidak ada penebusan dosa di kayu salib. Kita melakukannya dengan tujuan sebagaimana ditulis Paulus pada ayat 2 : menyempurnakan sukacita rasul Paulus. Paulus bersukacita bila persekutuan antara saudara kristen terjadi sesuai dengan firman Tuhan.
Persekutuan merupakan tujuan akhir manusia. Di sorga kita akan bersekutu dengan Tuhan Allah dan saudara-saudara kristen lainnya. Merendahkan diri adalah syarat utama untuk masuk ke dalam persekutuan. Mengambil rupa seorang budak adalah cara untuk merendahkan diri sebagaimana sudah diteladankan Tuhan Yesus Kristus.
Saya berterima kasih atas sapaan Tuhan mengenai hal ini.
Tabik,
yak
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home